Ubah Wajah Pasar, Pedagang Dilema Ketidakpastian

 



Di bawah teriknya baskara, siang itu Pasar Bawah Kota Pekanbaru penuh dengan bisingnya alat tukang. Palu yang diketuk hingga mesin gerinda saling bersahutan, memperbaiki bangunan bertingkat tiga yang sudah mulai direnovasi sejak tahun 2023 lalu.

Berdiri ditahun 1999, eksistensi Pasar Bawah di era globalisasi semakin menurun. Namun, pedagang tetap konsisten menjalankan bisnisnya di Tempat Penampungan Sementara (TPS). Ada yang menjajakan barang antik, tekstil, hingga oleh-oleh khas daerah. Namun, delapan bulan terakhir, riuh  yang dulu menghidupkan suasana pasar mendadak berkurang.

Koni, salah satu pedagang di Pasar Bawah mengungkapkan bahwa lokasi pasar penampungan yang sekarang belum diketahui sepenuhnya oleh banyak orang. Hal ini menyebabkan penghasilannya menurun sekitar 30%.

“Pelanggan masih banyak yang belum tahu tempat baru ini. Pemasukan jelas turun drastis,” ungkapnya sambil menatap kios sederhana tempat ia kini mencari nafkah.

Ia melanjutkan bahwa kios-kios di penampungan ini memang memiliki ukuran yang sama dengan di pasar sebelumnya, namun suasananya berbeda. Suara tawa dan derap langkah pembeli yang biasanya mengisi pasar, kini digantikan oleh kesunyian.

 “Pasar ini hanya ramai pada hari libur, Sabtu dan Minggu. Selain itu, seperti ini, sepi,” tambahnya dengan suara kecil.

Deretan gorden dengan beragam motif dan warna berjejer di dinding kios. Sambil menjelaskan usahanya yang dulu juga pernah berpindah ke Pasar Kodim, ia menunjuk beberapa gorden di dekatnya.

“Bapak dulu juga pernah berjualan di sana, lalu pindah ke sini,” ucapnya lalu tersenyum tipis.

Soal penampungan, Koni bilang mereka memang diarahkan ke TPS. Untuk Pasar Kodim, pria itu lanjutkan tergantung pada keputusan masing-masing pedagang. Hanya saja, ia tidak membenarkan bahwa di Pasar Kodim, pedagang tidak membayar sepeserpun alias gratis. Sistemnya, pedagang tidak perlu membayar sewa namun tetap harus berkontribusi dalam maintenance.

“Tidak gratis, ada biaya listrik,” ujarnya.

Para pedagang di sini tak hanya berjuang melawan sepi, tetapi juga menghadapi ketidakpastian tentang kapan mereka bisa kembali ke pasar lama. Renovasi gedung lama direncanakan selesai pada Januari 2025, namun kepastian itu masih sebatas perkiraan.

Mereka berharap proses renovasi gedung pasar bawah lama segera terselesaikan, juga keramaian yang dulu pernah mewarnai pasar itu akan kembali.

Sama halnya dengan Koni, pria dari toko antik di tepi Jl. Ahmad Yani juga berpendapat sama. Oka namanya. Berjualan sejak tahun 1980-an, ruko putih dengan luas sekitar 6 × 5 meter itu setia menemani perjalanan bisnisnya.

Oka melangkah pelan sambil menunjukkan ragam keramik tua. Telunjuknya mengarah pada guci dengan tinggi sekitar 1 meter di bagian teras ruko. Motifnya menunjukkan khas China Kuno dengan corak abstrak di perut guci. Bagian tengah perut memperlihatkan empat orang perempuan yang tengah menari dengan memakai cheongsam, pakaian tradisional China. Sekitarnya penuh dengan bunga merah berukuran kecil.

Toko Subur, begitulah nama toko keramik China milik Oka. Lokasinya tidak jauh dari Pasar Bawah, di bagian kiri dari pintu masuk menuju gerbang TPS.  Menjual berbagai jenis guci dan taplak meja impor dengan harga kisaran seratus hingga jutaan rupiah. Benda antik dari negeri tirai bambu itu berjejer dari teras hingga ke bagian dalam ruko. Warnanya didominasi oleh gold, oren, dan kuning.

Pria paruh baya itu bilang omsetnya semakin turun. Netra cokelat gelapnya melempar pandangan pada bangunan bertingkat tiga yang bising karena peralatan tukang.

“Jauh berbeda daripada yang dulu,” ucapnya dengan suara pelan soal pendapatan.

Soal renovasi, pria asal Solok Sumatra Barat itu bilang sudah setahun pengerjaannya berlangsung. Lanjutnya, renovasi pasar cukup berdampak pada pemasukannya.

Tangan keriputnya mempraktikkan hiruk-pikuk kendaraan dan orang-orang yang datang berkunjung sebelum renovasi. Banyak yang tidak tahu lokasi pemindahan Pasar Bawah, kondisi lalu-lalang di sekitar bangunan renovasi pasar pun juga semakin sedikit. Hal tersebut juga berdampak pada pembeli yang biasanya ikut datang ke tokonya karena keramaian di sana.

“Pasar Bawah yang sekarang orang banyak gak tahu,” ujarnya.

Mata sipitnya kembali melirik bangunan yang menjadi salah satu objek wisata di Pekanbaru, air mukanya menunjukkan kekecewaan.

“Udah satu tahun, tapi masih [bentuknya] begitu,” ujarnya.

Oka asumsikan proses renovasi yang cenderung lama karena pendanaan dari investor. Ia menjelaskan sambil sesekali menunjuk bangunan tua di depannya.

“Mungkin karena investor, kalau swasta mungkin bisa lebih cepat,” ujar Oka.

 

Wanita bersetelan gamis krim juga berpendapat yang sama. Eva, penjual koper di TPS itu bilang sejak pindah ke penampungan omset yang dihasilkan menurun.

“Omsetnya menurun, karena Pasar Bawah yang sekarang banyak yang gak tau,” ucap Efa.

Wanita itu jelaskan sambil tersenyum. Ucapnya, sudah ada sosialisasi dari pemerintah tentang renovasi pasar dan pemindahan ke tempat penampungan. Hanya saja, soal pembagian dua tempat antara TPS dan Pasar Kodim ia katakan pedagang bebas memilih. Untuk sistem penyewaan, Efa jelaskan bahwa di TPS bisa dilakukan perbulan maupun pertahun, bahkan kontrak jangka panjang. Sedangkan di Pasar Kodim, tidak ada penyewaan kios alias gratis. Hanya saja ada pembiayaan maintenance, seperti listrik dan air.

Efa yang mengaku juga memiliki hubungan jauh dengan salah satu pekerja di renovasi pasar tersebut mengatakan bahwa renovasinya akan selesai secepat mungkin, sekitar di bulan Desember 2024 atau Januari 2025.

“Ada perkembangannya,” ujar Efa soal progres renovasi pasar.

Cerita lain juga datang dari Eli. Ia bercerita, sedari bulan sembilan tahun lalu ia pindah ke tempat tersebut. Tak mempunyai kios kontrak di tempat lama, membuatnya harus membayar sewa. Kios yang ia sebut dengan mentenen tersebut ia sewa 500 ribu perbulan. Berbeda dengan tempat lama yang seharga 300 ribu perbulan.

Ucap Eli, dari harga sewa yang ia bayar sudah termasuk dengan listrik.

Dengan ukuran 3x3 m tak memungkinkan Eli menyimpan semua dagangannya dalam satu ruangan saja.

Jejeran bunga imitasi dengan vas setinggi 200 cm memenuhi mentenennya. Berbagai jenis bunga ia tunjukan, dari bentuk anggrek hingga aglonema.

Eli mengusap keringat sambil melihat parkiran khusus penjual yang berada tiga meter didepannya.

Hanya ada satu kipas saja yang berputar dalam mentenen Eli.

Pemindahan pedagang membuat penghasilan yang diperoleh tak sama dengan di tempat lama. Karena dipindahkan, beberapa pembeli sering tak tahu, di mana lokasi yang baru berada.

Beralih ke ruangan PT. Ali Akbar Sejahtera. Duduk di kursi hitam dengan setelan kemeja dan bawahan celana bahan, Aryo selaku Manajer Revitalisasi Pasar Bawah Pekanbaru mengatakan bahwa di awal tahun 2025 Proyek Revitalisasi diperkirakan sudah selesai.

“Proyek dari pasar bawah ini, awal tahun 2025 diperkirakan sudah siap untuk ditunggu,” ucapnya.

Pria itu jelaskan bahwa Pasar Bawah nantinya akan diubah menjadi lebih modern. Nantinya, lantai satu dan dua akan difokuskan untuk penjualan. Sedangkan lantai tiga dibuat untuk tempat hiburan dengan pemandangan langsung ke Sungai Siak.

“Nanti Pasar Bawah jadi seperti semi-mall,” ujar Aryo sambil menunjuk desain Pasar Bawah terbaru. Lengkap dengan motif khas Melayu dengan warna hijau mendominasi bangunan.

Aryo lanjutkan bahwa untuk perkembangan, lantai tiga belum dilakukan renovasi. “Namun lantai tiga belum ada perkembangan,” ucapnya.

Singgung soal anggaran, pria dengan pantofel hitam itu sampaikan belum tahu hingga sekarang. “Untuk anggaran yang dipakai itu dikeluarkan belum diketahui sampai sekarang,” lanjut Aryo menjelaskan.

Comments

Popular posts from this blog

Kondisi Pasar Bawah Terlihat Sepi Pengunjung Semenjak Revitalisasi

Pasar Bawah Pekanbaru: Jantung Budaya dan Ekonomi Lokal yang Perlu Dilestarikan

Esai Foto: Kondisi Terkini Pasar Bawah Kota Pekanbaru